Pengamatan Annelida dan Platyhelmintes

Pengamatan Annelida dan Platyhelmintes

Nadya Ledi Saputri
Tadris Biologi, FTIK, IAIN Jember
NIM: T20158014
ABSTRAK
Tujuan di lakukan nya praktikum atau pengamatan ini adalah untuk mengamati struktur dan morfologi dari Annelida dan Platyhelmintes. Pengamatan ini di lakukan di Laboratorium IAIN Jember, mula-mula kami membius ccing tanah hingga pingsan lalu kemudian kami membedah cacing tanah hingga terlihat struktur tubuh bagian dalam, setelah kami amati kemudian kami gambar bagian atau struktur nya setelah itu mulai mencari Klasifikasi dan mendeskripsikan morfologi dari annelida dan platyhelmintes.

Kata kunci: Annelida/morfologi; /Platyhelmintes

.



PENDAHULUAN
Filum Annelida mencakup berbagai jenis cacing yang mempunyai ruas-ruas sejati seperti cacing errantia, cacing tanah (Lumbricus errestris) dan lintah (Hirudo medicinalis). Annelidamerupakan salah satu filum invertebrata yang memiliki struktur tubuh yang jauh lebih sempurna dibandingkan filum-filum invertebrata lainnya. Tubuhnya berongga (celomata) dan tripoblastik.Allah swt. berfirman dalam QS. Hud/11: 6 :
Terjemahan : “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)” (Kementerian Agama RI, 2009).
 Ayat di atas menjelaskan bahwa pengetahuan Allah swt. menyeluruh sampai pada sesuatu yang terkecil itu menunjukan bahwa kekuasaan dan nikmat-Nya mencakup semua makluk sebab pengetahun-Nya bergandengan dengan kekuasaan-Nya. Ayat ini menegaskan bahwa dan bukan hanya mereka yang kafir dan munafik yang diketahui keberadaannya dan dianugerahi rezeki-Nya itu, tetapi semua makhluk. Karena tidak ada sesuatu binatang melatapun di permukaan dan di dalam perut bumi melainkan atas Allah-lah melalui karunia-Nya menjamin rezekinya yang layak dan sesuai dengan habitat dan lingkunganya dengan menghamparkan rezeki itu. Mereka hanya dituntut bergerak mencarinya, dan Dia mengetahui tempat berdiamnya binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam kitab yang nyata, yakni tertampung dalam pengetahuan Allah ‘Azza wa jalla yang meliputi segala sesuatu atau termaktub dalam Lauh al-Mahfuzh.
Ayat diatas menjelaskan tentang betapa sempurnanya apa yang telah diciptakan Allah di muka bumi. Allah swt. memberikan rezeki dan mengetahui dimana habitat atau tempat hidup semua makhluk yang telah diciptakannya, dalam hal ini termasuk organisme-organisme yang tergolong Annelida. Untuk itulah Allah memerintahkan kita untuk berpikir mengamati ciptaan-ciptaannya yang sempurna itu, agar kita dapat mensyukuri segala rezeki yang diberikannya, karena sesungguhnya Allah-lah pemilik seluruh alam semesta dan isinya.
Beberapa spesies cacing yang termasuk ke dalam filum Annelida hidup di dalam air tawar, air laut dan juga di darat serta ada juga yang hidup sebagai parasit. Tubuhnya berkutikula dan licin. Terdapat sekitar 12,000 jenis di laut, air tawar dan daratan, terbagi menjadi tiga kelas.
Berdasarkan penyataan diatas,maka dilakukanlah praktikum ini untuk mengamati struktur morfologi dan anatomi organisme yang tergolongAnnelida dan mengklasifikasikannya.
Platyhelminthes adalah cacing daun yang umumnya bertubuh pipih. Beberapa ahli menganggap Nemertia, yaitu satu kelas yang tergabung dalam Platyhelminthes sebagai filum tersendiri yaitu filum Nemertia. Cacing daun bersifat triploblastik, tetapi tidak berselom. Ruang digesti berupa ruang gastrovaskular yang tidak lengkap. Cacing pita tidak mempunyai saluran digesti. Walaupun hewan-hewan itu bersifat simetri bilateral, namun mereka mempunyai sistem ekstretorius, saraf, dan reproduksi yang mantap. Sebagaian anggota cacing daun itu hidup parasitis pada manusia dan hewan. Cacing-cacing planaria hidup dalam air tawar. Cacing hati dan cacing pita bersiklus hidup majemuk dan menyangkut beberapa inang sementara. Cacing-cacing nemertian hidup mandiri di laut dan terkenal sebagai cacing ikat pinggang .
Platyhelminthes adalah sekelompok orgnisme yang tubuhnya pipih, bersifat tripoblastik, tidak berselom. Pada umumnya spesies dari platyhelminthes adalah parasit pada hewan. Ektoderm adalah tipis yang dilapisi oleh kutikula yang berfungsi melindungi jaringan di bawahnya dari cairan hospes. Sistem ekskresi hanya saluran utama yang mempunyai lubang pembuangan keluar tidak memiliki sistem sirkulasi, maka bahan makanan itu di edarkan oleh pencernaan itu sendiri. Alat reproduksi jantan dan betina terdapat pada tiap – tiap hewan dewasa. Alat jantan terdiri atas sepasang testis, dua pembuluh vasa deferensia, kantung vesiculum seminalis, saluran ejakulasiyang berakhir pada alat kopulasi dan penis.
Platyhelminthes dapat dibagi atas beberapa kelas yaitu kelas tubellari, contoh organisme dari kelas ini adalah planaria yang hidup di air tawar , bipalium dan geoplana yang hidup pada tanah,berikutnya kelas trematoda, merupakan hewan yang parasit, tidak mempunyai mata kecuali pada larvanya, tidak bercilia kecuali pada larvanya, mempunyai kutikula mulut disebelah anterior, farinks tidak berotot, tidak ada anus usus berbentuk garpu, mempunyai pengisap, hermaprodit, mempunyai kelenjar kuning. Contoh : Fasiola hepatica.Selanjutnya kelas cestoda, merupakan hewan hermaprodit, tidak mempunyai alat pencernaan makanan, merupakan endoparasit pada hewan vetebrata, Mempunyai saraf pada bagian kedua sisi tubuhnya yang berhubungan dengan kepala. Mempunyai saluran ekskresi yang diperlengkapi dengan protonefrida. Tiap progtida mengandung organ – organ alat jantan dan betina yang lengkap. Telur – telurnya di kumpulkan pada uterus.
Kebanyakan filum Platyhelminthes hidup sebagai parasit, maka umumnya merugikan manusia, baik langsung sebagai parasit pada tubuh manusia maupun parasit pada binatang peliharaan seperti babi, sapi, anjing dan sebagainya. Usaha-usaha untuk mencegah infeksi pada manusia atau binatang peliharaan biasanya dengan memutuskan siklus hidupnya baik mencegah jangn sampai terjadi infeksi pada hospes perantara maupun pada hospes tetapnya sendiri. Oleh karena hal tersebut, pembuangan faeces manusia harus diatur sehingga tidak memungkinkan terjadinya siklus hidup yang lengkap. Misalnya untuk Taeniaterjadinya hexacant tertelan ternak tidak diberi kemungkinan. Daging yang akan dimakan manusia diusahakan harus matang sehingga cysticercusnya mati.



METODE PENELITIAN
Adapun waktu dan lokasi praktikum dilaksanakan yaitu pada hari Senin 19 Maret 2018  pukul 09.30-s4l4sai di Laboratorium IAIN Jember. Adapun alat yang digunakan yaitu, pinset, papan seksi, alat bedah, masker, handscon, lup, kamera dan alat tulis menulis. Adapun bahan yang digunakan yaitu kertas, cacing tanah (Lumbricus terresteris) dan cacing laut. Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu,untuk pengamatan morfologi, diambil bahan pengamatan dengan menggunakan pinset. Diletakkan diatas papan seksi yang telah disediakan. Diamati struktur morfologinya lalu catat bagian-bagiannya dan diambil gambar dari masing-masing spesies yang diamati. Untuk pengamatan anatomi, diambil bahan pengamatan dengan menggunakan pinset, diletakkan di atas papan seksi yang telah disediakan, bedah perlahan-lahan bahan, kemudian diamati struktur anatominya lalu dicatat bagian-bagiannya dan ambil gambar dari masing-masing spesies.


HASIL

Cacing tanah (Lumbricus terresteris) termasuk filum Annelidakarena temasuk kelompok hewan yang memiliki tubuh seperti sejumlah besar cincin kecil yang diuntai dan memiliki ruas-ruas (segment). Termasuk kelasOligochaeta karena segemen pada tubuhnya hanya memiliki sedikit setae. Termasuk dalam ordo Haplotaxidakarena gonopore jantannya paling sedikit satu ruas di belakang ruas yang megandung testis. Termasuk dalan familiLumbricidae karena umumnya terdapat pada tempat lembap dan di daerah tropis. Termasuk dalam genus Lumbricuskarena termasuk dalam suku  cacing-cacingan. Adapun susunan klasifikasi dari cacing tanah (Lumbricus terresteris) yaitu sebagai berikut:
Kingdom      : Animalia
Filum            : Annelida
Classis          : Oligochaeta
Ordo             : Haplotaxida
Familia          : Lumbricidae
Genus           : Lumbricus
Species         : Lumbricus terresteris (Jasin, 1992).

Platyhelmintes:

Pseudobiceros bedfordi

Kingdom : Animlia

Phylum   : Platyhelmintes

Class       : Turbellaria

Orda       : Polycladida

Family    : Pseudocerotidae
Genus     : Pseudobiceros




PEMBAHASAN


Adapun pembahasan dari hasil pengamatan adalah sebagai berikut:
1.      Pengamatan Cacing Tanah (Lumbricus terresteris)
Morfologi dari cacing tanah (Lumbricus terresteris) yaitu memiliki bentuk tubuh panjang silindris, dengan kiraan 2/3 bagian posteriornya. Tubuh bersegmen-segmen dengan Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 yang dapat menyusut dan meregang untuk membantu cacing bergerak di dalam tanah, permukaan atas berwarna merah sampai biru kehijau-hijauan dan dari luar aorta dorsalis kelihatan jelas permukaan bawah lebih pucat. Mulut (oral) terdapat di ujung anterior, mulut (oral) cacing tanah (Lumbricus terresteris) terletak di dalam rongga oris, berfungsi sebagai organ pencernaan yang pertama kali mencerna makanan, memiliki klitelum (Clitelum) yang berfungsi sebagai kantung untuk meletakkan telurdan mempunyai anus di bagian posterioryang berfungsi sebagai alat pelepasan sisa makanan.
Anatomi dari cacing tanah (Lumbricus terresteris) terdiri atas otak ganglion (cerebral ganglia) yang berfungsi menginervasi daerah mulut dan berpangkal pada ujung anterior tiap kelompok sel-sel tersebut. Pangkal tenggorokan (pharynx) terdapat di dalam segmen ke-4 dan ke-5, bersifat musculardan berguna untuk mengisap partikel-partikel makanan. Kerongkongan (esophagusterletak di ujung pharynxmemanjang dari segmen ke 6 sampai segmen ke 14. Proventriculus merupakan bagian ujung esophagus yang membesar, dan dibagian ini makanan di simpan, dinding proventriculus sendiri tipis.Ventriculus terletak di dalam segmen ke 17-18 bersifat muscular dan berguna untuk mencerna makanan cacing tanah (Lumbricus terresteris) bersifat hermaprodit. Sepasang ovarium menghasilkan ovum, dan terletak di dalam segmen ke-13. Kedua oviduknya juga terletak di dalam segmen ke-13 dan infudibulumnya bersilia. Oviduk tadi melalui septum yang terletak diantara segmen ke-13 dan ke-14, dan di dalam segmen ke-14 membesar membentuk kantong telur. Testis terletak di dalam suatu rongga yang dibentuk oleh dinding-dinding vesivula seminalis. Ductusspermaticus mulai dari testis bagian ujung, dan melanjutkan diri ke posteriorsampai segmen ke-15, dan pada segmen ini juga ductus itu bermuara keluar.Spermatozoa yang telah meninggalkan testis, akan masuk ke dalam vesicularseminalis dan selanjutnya tersimpan di dalamnya. Walaupun cacing tanah (Lumbricus terresteris) bersifat hermaprodit, tetapi tidak terjadi autofertilisasi. Di antara segmen-segmen 9 dan 10; 10 dan 11, terdapatreceptaculum seminalis, yang merupakan tempat penampung spermatozoa dari cacing lain.
Sistem pencernaan makanan pada cacing tanah (Lumbricus terresteris) sudah sempurna. Cacing tanah (Lumbricus terresteris) memiliki alat-alat pencernaan mulai dari mulut (oral), kerongkongan (esophagus), lambung (gaster), usus (duodenum), dan anus. Proses pencernaan dibantu oleh enzim-enzim yang dikeluarkan oleh getah pencernaan secara ekstrasel. Makanannya berupa daun-daunan serta sampah organik yang sudah lapuk. Cacing tanah (Lumbricus terresteris) dapat mencerna senyawa organik tersebut menjadi molekul yang sederhana yang dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa pencernaan makanan dikeluarkan melalui anus.
Reproduksi cacing tanah (Lumbricus terresteris) termasuk hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan tidak dapat dilakukannya sendiri. Dari perkawinan sepasang cacing tanah, masing-masing akan dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur. Kokon berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api. Kokon ini diletakkan di tempat yang lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon akan menetas. Setiap kokon akan menghasilkan 2-20 ekor. Testis terdapat pada rongga yang dibentuk oleh dinding-dinding vesicularseminalisDuktus spermaticus keluar dari sisi caudal testis dan keluar pada segmen ke- 15. Walaupun cacing tanah (Lumbricus terresteris) bersifat hermafrodit, namun tidak dapat melakukan perkawinan sendiri karena tidak adanya saluran yang menghubungkan organ reproduksi jantan dan betina. Cacing tanah (Lumbricus terresteris) mulai dewasa setelah berumur 2-3 bulan yang ditandai dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan. Selama 7-10 hari setelah perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan 1 kokon.
Sistem ekskresi dan sistem saraf cacing tanah (Lumbricus teresteris) terdapat di sepanjang tubuh, tepatnya di sebelah dorsal pharynx (miring vertikal dan melingkari faring) di dalam segmen yang ke-3 dan terdiri ganglion cereberal, yang tersusun atas sebuah ganglion dan sepasang saraf lateral pada tiap ruas. Sistem eskresi pada cacing tanah (Lumbricus terresteris) berupa nefridium. Pada tiap segmen terdapat sepasangnefridia, kecuali tiga segmen pertama dan terakhir. Tiap nefridium terdiri atas nefrostoma dan nefridiosphoreNefridiumdilengkapi corong bersilia dan terbuka yang terletak pada sekat pemisah antar segmen tubuh. Alat ini disebut nefrostom.Nefrostom berfungsi sebagai penarik cairan tubuh dari satu segmen kesegmen lainnya. Sementara, sisa metabolisme akan dikeluarkan melalui sebuah lubang yang disebut nefridiopori. Saat silia padanefrostom bergetar, cairan tubuh dari segmen di sebelahnya akan mengalir ke dalam nefridium. Pada nefridum ini, zatberguna seperti glukosa dan ion-ion diserap oleh darah untuk dialirkanmelalui pembuluh kapiler. Sedangkan zat sisa seperti air, senyawa nitrogen, dan garam yang tidak berguna oleh tubuh dikeluarkan melalui nefridiopori.
Sistem sirkulasi cacing tanah (Lumbricus terresteris), dengan darah yang terdiri atas bagian cair yang disebut plasma, dan sel-sel darah atau korpuskula. Pada setiap segmen tubuh terdapat sepasang, sistem saraf cacing tanah (Lumbricus terresteris)  terletak di sebelah dorsal faringnya di dalam segmen yang ke-3 dan terdiri ganglion cerebral, yang tersusun atas 2 kelompok sel-sel saraf dengan commisura, berkas saraf ventralis dengan cabang-cabangnya. Cacing tanah (Lumbricus terresteris) tidak mempunyai mata, tetapi pada kulit  tubuhnya terdapat sel-sel saraf tertentu yang peka terhadap sinar.
Habitat cacing tanah (Lumbricus terresteris) yaitu hidup di dalam tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak rendah. Cacing-cacing ini keluar ke permukaan hanya pada saat tertentu. Selain itu, cacing ini tidak dapat bertahan hidup ketika terkena cahaya.
Dalam bidang pertanian, cacing tanah (Lumbricus terresteris) menghancurkan bahan organik sehingga memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah akan meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman.


SIMPULAN

 Praktikum tentang Platyhelminthes dan Annelida dapat disimpulkan bahwa :
1.      Habitat dari fillum Annelida (Lumbricus terrestris) adalah di dalam tanah yang lembab, di laut dan di air. Sedangkan fillum Platyhelminthes ( Fasciola hepatica) pada hati binatang memamah biak.
2.  Morfologi dari fillum Annelida (Lumbricus terrestris) adalah tubuhnya bersegmen, memanjang dan gilig terdapat banyak kutikula. Sedangkan fillum Platyhelminthes (Fasciola hepatica) adalah tubuhnya pipih dan triploblastik aceolomata.
3.  Anatomi dari fillum Annelida (Lumbricus terrestris) yang tampak saat pengamatan meliputi otak, jantung, usus atau saluran pencernaan, pembuluh darah dan clitellum. Sedangkan pada fillum Platyhelminthes yang tampak adalah sucker dan anus.


DAFTAR PUSTAKA

Affandi (1996) dalam Waluyo, Joko. Dkk. 2007. Purifikasi dan karakterisasi protein anti bakteri dari Pheretima javanica. Jurnal Ilmu Dasar. Vol. 8 No. 1 Hal : 37- 44
Arifin M. 2006. Tanggap Kebal Sapi Terhadap Fasciolosis Akibat Inokulasi Metaserkaria  Fasciola giganticaIradiasi. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi. Vol.2 No. 1
Hala,Yusminah. 2007. Daras Biologi Umum II. Makassar: Alauddin Press
Jutje  S Lahay. 2006. Zoologi Invetebrata. Makassar: Universitas Negeri Makassar
Murtidjo (2000) dalam Tethool, angelina N. Dkk. 2009.  Identifikasi Jenis Cacing Sapi    Bali yang Dipelihara di Taman Ternak FPPK. Jurnal Ilmu Peternakan. Vol. 4 No. 1 Hal : 30-34

Nofyan, Erwin. 2010. Identitas Jenis Telur Cacing Parasit Usus Pada Ternak Sapi (Bos sp) dan Kerbau (Bubalus sp) Di Rumah Potong Hewan Palembang.Jurnal Penelitian Sains. 10:06-1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Praktikum Pengamatan Hewan Vertebrata (Aves)

Laporan Praktikum Pengamatan Taksonomi Hewan

Pengamatan Phylum Arthropoda